Rabu, 02 Mei 2012

PERANAN BAHASA INDONESIA DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI DI ERA GLOBALISASI


Nama : Restie  Dwi Oktianis
Npm  : 15209739
Kelas : 3ea16

      Bahasa merupakan budaya dari masyarakat yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa dan masyarakat adalah dua hal yang saling berpengaruh. Apabila suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka bahasa akan berkembang dengan baik, Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa suatu bahasa akan berkembang dengan baik apabila masyarakat pemakainya memberikan perhatian positif. Sebaliknya, apabila masyarakat mengacuhkan atau melupakan bahasa, maka bahasa itu akan musnah atau setidaknya bahasa itu sulit berkembang.
     Dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahasa berfungsi sebagai wahana untuk menyampaikan imformasi dengan cepat dan sekecil-kecilnya, sehingga kita dapat menguasai ilmu tersebut.
     Pada saat ini, Indonesia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih tertinggal jika dibandingkan dengan di negara-negara maju seperti negara-negara di Eropa dan Amerika. Karena bahasa Inggris berkembang secara seimbang dengan ilmu pengetahuannya, maka penggunaan bahasa pengantar pada buku-buku yang dipakai dalam memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi pun banyak yang menggunakan bahasa Inggris. Hal ini berbanding terbalik dengan bahasa Indonesia yang perkembangannya tak seimbang dengan perkembangan budaya masyarakatnya. Oleh sebab itu, walaupun bahasa Indonesia sudah berperan sebagai alat persatuan tetapi belum dapat berperan sebagai pengantar ilmu pengetahuan.
     Dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai pengantar ilmu pengetahuan, salah tafsir atau makna ganda sedapat mungkin dihindari karena kata yang dipakai umumnya lebih bersifat denotatif daripada konotatif, ungkapan yang dipakai sederhana dan tanpa basa-basi. Di samping itu, kejelasan tuturan ditandai dengan urutan keterangan yang saling berhubungan dan mudah dipahami oleh pembaca, yaitu :
  1. Ringkas, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan uraian yang padat, tetapi tidak dengan memendekkan atau menggunakan akronim, lebih-lebih yang tidak dikenal umum.
  2. Lengkap, bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi tidak membiarkan pembaca bertanya-tanya tentang maksud suatu pernyataan. Sebaliknya, yang sudah nyata atau tidak perlu diulang-ulang atau diberi tekanan khusus. Semua data yang perlu haruslah ada. Sedangkan yang berlebih-lebihan haruslah ditinggalkan.
  3. Sederhana, ditandai dengan kosakata yang tidak bermuluk-muluk dan sintaksis yang tidak berbelit-belit.
  4. Keutuhan dan Unity yang dapat dilihat dari hubungan yang baik dan logis antara bagian-bagian karangan, sehingga keseluruhan hubungan yang baik dan logis tetap tampak. 
  5. Keruntutan atau Coherence, yang berarti adanya keterpautan makna di dalam suatu karya tulis. Keterpautan makna ini dapat dicapai dengan menyusun kalimat-kalimat logis dan kronologis serta berdasarkan urutan pentingnya kalimat. Kalimat yang satu dapat diperjelas dengan makna kalimat yang lain, baik yang mendahului maupun yang mengikutinya. 
  6. Tidak menggunakan Implikatur, suatu hal baru diterangkan sejelas mngkin tanpa menggunakan implikasi seperti yang banyak terdapat dalam bahasa lisan sehari-hari.
  7. Inferensi, yang akan mungkin dibuat oleh pembaca diarahkan oleh penulis, sehingga memungkinkan adanya interpretasi yang sama bagi para pembaca.
  8. Disediakan ringkasan isi agar terdapat kesesuaian antara penulis dan pembaca.
  9. Proposisi yang diciptakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pembaca.
  10. Ketelitian, merupakan ciri khas ilmu pengetahuan dan teknologi. Ciri ini kita temukan pula dalam pengungkapan profesional, artinya penuturan dengan kata. Ketelitian tidak hanya menyangkut hal yang besar, tetapi hal yang kecil pun harus diperhatikan. Ketelitian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyangkut penggunaan data, penerapan rumus, penerapan nama orang, nama tempat, dan nama alat, bahkan ejaan dan tanda baca. Ketelitian dalam pemakaian lambang dan satuan.
     Apabila seluruh ciri-ciri di atas dipergunakan dalam suatu karangan ilmiah, ditambah dengan adanya metode penelitian yang cocok dengan materi yang diteliti, maka karangan itu akan tampak canggih bagi pembaca. Oleh karena itu, penulis tidak perlu takut apabila bahasa yang dipergunakan tidak indah, tidak muluk-muluk, dan tidak selalu menggunakan istilah baru yang merupakan padanan kata dari bahasa asing.

Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan IPTEK
     Ditinjau dari segi usia, bahasa Indonesia merupakan bahasa yang masih muda. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional baru pada tahun 1928 yang ditandai dengan lahirnya Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. sejak itu pula nama Indonesia dipakai sebagai nama tersebut, yang sebelumnya dikenal dengan bahasa Melayu. Setelah Indonesia merdeka, bahasa Indonesia itu dijadikan bahasa negara, seperti dapat dibaca pada Undang-Undang Dasar 1945, pasal 36. ini berarti bahwa, sebagai bahasa negara bahasa Indonesia baru lahir pada tahun 1945, bersamaan dengan disahkannya Undang-Undang Dasar 1945.
     Suatu kenyataan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi di negara kita ini, sedang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Kepesatan perkembangannya, perlu diimbangi oleh bahasa yang mampu mewadahinya serta yang mampu meneruskan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, baik secara horisontal (kepada generasi yang sama), maupun secara vertikal (kepada generasi yang akan datang).
     Untuk itu, pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk bahan pembahasan seyogyanya ditulis dengan gaya karya ilmiah, atau ilmiah populer. Penyajian karya ilmiah populer tidak memerlukan skemata atau pengetahuan yang rumit tentang segala sesuatu yang dibahas. Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat disajikan dengan bahasa yang jelas, dengan mempergunakan istilah yang lazim digunakan dalam masyarakat umum. Nadanya informatif, diselingin banyak humor agar menarik bagi pembaca.
     Orang awam biasanya tidak tertarik kepada istilah yang terlalu khusus dan terdengar aneh. Mareka ingin sesuatu yang biasa-biasa saja, yang sudah ada di dalam masyarakat. Apabila di dalam masyarakat ada istilah yang dapat dipergunakan untuk merujuk pada suatu konsep tentang pengetahuan dan teknologi, maka hendaklah istilah itu dipakai. Apabila tidak ada istilah yang sesuai dengan konsep itu, maka hendaklah mengambil istilah yang sudah ada, yang maknanya hampir sama atau mendekati istilah yang dimaksud.
     Penggunaan istilah baru sebagai pengganti istilah asing, memang seyogyanya mendapatkan perhatian khusus dari para penulis karangan ilmiah. Namun pengembangan penggunaan selanjutnya sangat bergantung kepada keberanian istilah baru itu dalam masyarakat. Kata canggih misalnya, kini sudah memasyarakat dengan baik. Salah satu alasannya mungkin karena kata sophisticated yang semula dipergunakan sebelum kata ”canggih” dilakukan, belum begitu banyak dipergunakan oleh penulis ilmu pengetahuan dan teknologi.
     Kata-kata politik, sukses, dan stop, misalnya sudah merupakan kata serapan yang sangat mapan. Namun kata baru yang berasal dari kata-kata tersebut tidak semuanya mendapat penerimaan yang sama di kalangan masyarakat. Kata menyetop sudah lazim digunakan secara umum, demikian juga kata memolitikkan. Namun kata menyukseskan masih bersaing dengan kata mensukseskan tanpa ada tanda-tanda yang mana yang akan tersingkir, seperti hanya dengan kata mempolitikkan.
     Begitu pula dengan kecendrungan sementara orang untuk menggunakan istilah-istilah yang kurang cocok untuk karangan ilmiah, seperti penggunaan akhiran –an, untuk kata apa, dan cepat juga dapat dihilangkan.
     Dalam bahasan Indonesia, untuk bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, telah tumbuh peristilahan, ungkapan dan semantik. Menciptakan istilah mengharuskan penghayatan ilmu yang bersangkutan dan pemahaman bahasa yang secukupnya. Di sini kita temukan perpaduan antara cara cipta dan cita rasa. Ada banyak istilah yang kita ciptakan hanya dengan membubuhkan awalan dan akhiran. Kata larut misalnya, dapat kita turunkan menjadi melarut, larutan, pelarut, pelarutan, dan kelarutan. Kita pun dapat menggali dari khasanah bahasa Indonesia. Sebagai contoh, kita sudah lama tidak mempunyai istilah untuk padanan kata steady flow, tetapi kita sekarang dapat mengindonesiakannya menjadi aliran lunak. Penggunaan dari bahasa Inggris to sense kini banyak yang dihubungkan dengan teknologi mutakhir, yaitu cara merekam permukaan bumi dari setelit. Untuk itu, kini kita gunakan mengindera dan selain itu dapat pula kita turunkan seperangkat kata, seperti pengeinderaan, penginderaan jauh, teknik pengeinderaan dan pengindera.
     Bentuk lain, penuturan bahasan Indonesia sebagai bahasa IPTEK, yang merupakan padanan dari bahasa asing, misalnya kata engineering dapat dipadankan dengan kata rekayasa. Dari kata rekayasa dapat diciptakan kata perekayasaan, merekayasa, teknik merekayasa, rekayasa genetika, dan sebagainya.
     Belakangan ini ada anggapan dari kebanyakan orang, bahwa bahasa Indonesia tidak dapat diringkas. berdasarkan penelitian dan pengamatan yang dilakukan oleh Purwo Hadijojo, yang difokuskan pada perbandingan judul karya ilmiah dalam bahasa Inggris Ground Water for Irrigation dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan dengan jumlah kata yang relatif sama, yaitu air tanah untuk irigasi, ada juga judul karya ilmiah dari bahasa Inggris yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lebih pendek, yaitu The Economic Value of Ground Water dalam bahasa Indonesia Nilai Ekonomi Air Tanah. Namun demikian, ada juga yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia yang lebih panjang Modern well Design dalam bahasa Indonesia Perencanaan sumur Bor Masa Kini.
     Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa bahasa Indonesia memiliki kemampuan yang sama dengan bahasa lainnya dalam memasyarakatkan IPTEK.  (Eyang Ageng Sastranegara)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar